Indeks
Berita  

Sepenggal Asa untuk Sang Gubernur Jawa Barat Terpilih

INDOJABAR.COM || PURWAKARTA – Pemilihan Gubernur Jawa Barat telah melahirkan pasangan pemenang, Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan, atau yang dikenal dengan sebutan pasangan “Dermawan”. Dengan suara yang mengungguli tiga pasangan lainnya, Kang Dedi Mulyadi (KDM) kini membawa harapan besar bagi masyarakat Jawa Barat.

Keberhasilan ini disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan, termasuk oleh Aa Komara, seorang aktivis asal Purwakarta yang telah mengenal KDM sejak masa mudanya. Dalam sebuah wawancara, Aa Komara menyampaikan rasa bangganya serta refleksi atas perjalanan KDM yang telah ia saksikan sejak awal.

KDM Sosok yang Menginspirasi Sejak Dini”

Aa Komara menceritakan, sejak masa kecilnya, ia sudah mengenal KDM melalui lingkaran aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Purwakarta. Kakak-kakaknya yang aktif di organisasi seperti Pramuka dan HMI kerap berkumpul di rumahnya, yang dijuluki “Sarang Dara.” Di sanalah ia mengenal KDM, seorang mahasiswa progresif yang selalu membawa buku dan menghidupkan diskusi intelektual.

Sejak remaja, KDM memang sudah menunjukkan karakteristik yang menonjol, progresif, dan sangat gemar membaca. Suasana rumah kami menjadi lebih hidup jika beliau berdialektika dengan rekan-rekannya. Atmosfir itu sangat memengaruhi saya hingga mencintai dunia aktivisme,” ungkapnya

Aa Komara salah satu aktivis Purwakarta yang mengenal kiprah Kang Dedi Mulyadi (KDM) sejak berstatus Mahasiswa di Sekolah Tinggi Hukum / STH Purwakarta dan aktif sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Islam / HMI Kabupaten Purwakarta, menyampaikan kebanggaannya seraya mengucapkan selamat atas raihan tersebut.

Saya tumbuh besar dan berproses kurang lebih se-zaman dengan KDM dalam menapaki karirnya, bisa dibilang beliau turut menginspirasi saya terjun dalam aktivitas kemasyarakatan.Ujarnya

Jadi dulu rumah orang tua saya menjadi tempat berkumpul dari rekan saudari saudari saya. Kami 9 bersaudara, saya anak laki laki sendirian sisanya yang 8 adalah perempuan. Rumah Kami ini sering disebut “Sarang Dara”.

Tiga dari saudari saya ini ( Nining Yuningsih, Yuyun Yunengsih dan Lilis Sumiati ) sangat aktif dalam berorganisasi baik di sekolahnya maupun di kampusnya, di antaranya di organisasi Pramuka dan HMI.

Situasi rumah orang tua Kami yang relatif cukup besar, seringkali menjadi markas untuk berkumpul.

Dalam aktivitas “ruang riung” tersebut, tentu saya yang waktu itu masih duduk di bangku SMP turut mencermati karakteristik rekan rekan saudari saya tersebut.

Sebagai anak lelaki sendirian dan dalam posisi telah ditinggal wafat oleh Ayah sejak usia 9 tahun, pada akhirnya situasi kondisi memaksa Saya yang seharusnya menikmati keceriaan pada masa kecil, mau tidak mau harus tampil sebagai “Benteng Keluarga”. Saya merasa bertanggungjawab menjadi pengganti almarhum Ayah dan wajib melindungi keluarga apalagi semua kakak-adik adalah perempuan. Untuk itu perlu memastikan dan mengenal satu per satu kawan kawan dari para saudari tersebut.

Syukur Alhamdulillah, mereka berkawan dengan sosok sosok yang baik dan menginspirasi. Jika ada sikap “nakal” Saya di masa masa tersebut tak lain tak bukan hanyalah sebagai bentuk ekspresi untuk melindungi keluarga, agar rekan rekan saudari memahami bahwa meski sudah tidak ada lagi figur Ayah di rumah yang sering menjadi pusat berkumpul mereka tersebut, masih ada Saya, “Satpam Kecil” yang selalu memantau aktivitas mereka.

Salah satu sosok yang sering bercengkerama dengan saya jika sedang berkumpul di rumah, di antaranya ada nama Kang Nana Margana, beliau ini sosok yang dituakan atau “Leader” di organisasi Pramuka dan KNPI pada waktu itu. Saya menilainya sebagai sosok yang lantang dan tegas dan kharismatik. Beliau rekan dari kakak saya yang bernama Nining Yuningsih.

Sosok lain yang tentu menarik perhatian saya adalah Kang Dedi Mulyadi, yang saat itu menjabat sebagai Ketua HMI pertama cab. Purwakarta, dan yang menjadi Bendahara HMI nya adalah saudari saya yang bernama Lilis Sumiati.

Dalam pengamatan Saya, sejak saat itu memang karakteristik KDM ini paling menonjol, gaya bicaranya paling aktif, progresif dan mampu menghidupkan suasana.

Jika sedang ngumpul di rumah, suasana intelektual itu terasa jika beliau sedang berdialektika dengan rekan HMI nya, dan satu lagi, kebiasaannya adalah tidak lepas dari buku buku yang selalu dibawanya, bisa dikatakan beliau ini gemar membaca.

Tentu, atmosfir dan fenomena di masa remaja dengan adanya sosok sosok aktivitis rekan rekan dari saudari Saya itu mempengaruhi minat hingga Saya pun mencintai aktivitas sosial kemasyarakatan hingga sekarang.

Kehidupan aktivis itu memiliki spirit Prophetic yang memiliki makna bahwa hidup ini terlalu sempit jika memikirkan diri pribadi / keluarga, maka seorang aktivis itu harus ikhlas mengorbankan waktu atau “wilayah pribadinya” ter-reduksi untuk mengurusi orang lain, dan menurut Saya, KDM konsisten melakukan hal itu sejak remaja, maka capaian dalam kontestasi Gubernur ini hanyalah “Bonus” dari rangkaian panjang atas konsistensinya dalam pengabdian kemasyarakatan”.

Perjumpaan dari masa SMP itu terkoneksi lagi ketika Saya berstatus Mahasiswa dan mulai berkiprah di dunia pergerakan di Purwakarta dan KDM berstatus Anggota DPRD kabupaten Purwakarta, sekitar tahun 2000, di awal Era Reformasi.

Yang selalu Kami ingat adalah Amanat dari almarhumah Ibu Kami, Hj. Komariah yang mana KDM juga sangat mengenalnya. Beliau mengatakan untuk terus mendo’akan KDM dan berpesan agar keluarga Kami jangan ikut “Aji Mumpung” atau “Mangpang Meumpeung” ketika beliau sedang menjabat atau memegang kekuasaan.

Ibunda Kami selalu menegaskan, Kita mah sudah Alhamdulillah KDM bisa bermanfaat bagi orang banyak, yang penting rakyat terurus dan sejahtera, Kita mah udah senang”.

Amanat ibunda itu selalu Saya ingat dan menjadi pedoman pula bagi arah kehidupan Kami, para putra putrinya.

Selamat menunaikan tugas, KDM dan Kang Erwan, Kami senantiasa mendo’akan dari kejauhan, biarlah Kami “Timbul Tenggelam” bersama Rakyat, terpenting seperti amanat almarhum Ibu, Rakyat Jawa Barat segera ter-Istimewakan begitu pun di Purwakarta dengan layanan publik yang cepat dan tepat serta sejumlah kebijakan yang Pro Rakyat, maka hakikatnya Kami turut bahagia Lahir dan Bathin.***

Exit mobile version