Indeks
Berita  

Rakyat Tewas karena Berebut Makan Gratis, Negara dan Elit Gagal Mencerdaskan dan Mensejahterakan

Indojabar.com, Purwakarta – Peristiwa tragis yang merenggut tiga nyawa warga dalam acara makan gratis pesta pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wakil Bupati Garut bukan sekadar insiden kemanusiaan.

Komunitas Madani Purwakarta menilai peristiwa tersebut adalah simbol nyata gagalnya negara dan elit politik dalam mencerdaskan, mensejahterakan, dan memperlakukan rakyat dengan bermartabat.

Ribuan warga berdesakan demi sepiring nasi bungkus. Anak kecil, lansia, bahkan anggota polisi menjadi korban jiwa. Ini bukan karena rakyat bodoh. Ini adalah akibat dari kemiskinan struktural, ketimpangan sosial, dan budaya kuasa yang menindas.

“Rakyat kita tidak butuh pesta dari pejabat. Rakyat butuh pendidikan kritis, perlindungan sosial, dan jaminan hidup layak. Negara telah gagal menjalankan mandat konstitusi,” tegas Zaenal Abidin, Ketua Komunitas Madani Purwakarta. Jum’at (18/7)

Acara yang dikemas sebagai “hiburan rakyat” itu justru menempatkan rakyat sebagai objek pasif, bukan subjek yang dihormati. Ini adalah bentuk politik simbolik yang memelihara ketergantungan dan kemiskinan budaya, di mana kekuasaan tidak digunakan untuk melayani, melainkan untuk dipertontonkan.

Komunitas Madani menyoroti bahwa:

Kehadiran ribuan warga menunjukkan lapar pangan dan lapar keadilan.

Manajemen kerumunan yang buruk adalah bentuk kelalaian fatal yang bisa diproses secara hukum.

Pesta besar-besaran yang menelan korban jiwa bukanlah wujud kepedulian, melainkan pelecehan terhadap martabat rakyat.

Tuntutan Kami :

1). Pemerintah dan Kepolisian segera mengusut tuntas penyelenggaraan acara dan dugaan kelalaian yang menyebabkan kematian warga (Pasal 359 KUHP);

2). Stop budaya pamer kuasa dalam pesta pejabat publik. Hentikan menjadikan rakyat sebagai pelengkap pencitraan politik;

3). Bangun kembali pendidikan rakyat yang membebaskan, bukan membodohkan. Berikan hak hidup yang layak, bukan hiburan dan nasi bungkus.

“Kematian warga dalam pesta elite adalah tamparan keras bagi republik. Tidak ada pesta yang layak dirayakan ketika rakyat meregang nyawa dalam antrean nasi gratis,” ujar Zaenal Abidin.

Komunitas Madani Purwakarta menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat sipil, jurnalis, akademisi, dan tokoh agama untuk tidak membiarkan tragedi ini diredam sebagai insiden biasa. Ini adalah cermin ketimpangan yang nyata.***

Exit mobile version