Berita  

Karawang Purwakarta Darurat Kenakalan Remaja

banner 120x600

Oleh : Demaryani
Praktisi Pendidikan dan Aktivis Muslimah

INDOJABAR.COM – Memandang sudut-sudut kehidupan para remaja kalangan usia sekolah, kerap kali terdengar kasus kenakalan yang memprihatinkan. Seperti tawuran pelajar, narkoba, penganiyayaan, bullying, kekerasaan bahkan sampai kehilangan/menghilangkan nyawa.

Kasus-kasus tersebut tidak hanya terjadi pada lingkup kota besar saja, namun bisa saja terjadi disetiap sudut-sudut pedesaan sekalipun.

Seperti yang terjadi di karawang baru-baru ini, akibat dari luka bacokan usai tawuran yang dialami siswa SMP berinisial KS 14 th, korban tak terselamatkan dan meninggal dunia. Kejadian tersebut berlangsung di jalan Raya Kutagandok, kecamatan Kutawaluya, kabupaten Karawang.

Berdasarkan penuturan Kasi Humas Polres Karawang Ipda Herawati diduga tersangka pelaku pembacokan sebanyak 2 orang diduga masih merupakan pelajar. Dikutip dari (Detikjabar.com, Jumat, 11/08/23)

Tidak berhenti sampai disitu, di purwakarta pelosok desa Neglasari, kecamatan darandan seorang pemuda berinisial DR (24) ditangkap polisi dikarenakan kedapatan membeli narkoba jenis ganja seberat 18,5 gram melalui medsos instagram. Tidak hanya mengonsumsi namun tersangka DR juga membeli barang tersebut untuk dijual kembali disebarkan di lingkungan sekitarnya, pernyataan tersebut dilontarkan oleh wakapolres purwakarta, kompol Ahmad Mega Rahmawan. (Jabarnews.com, Sabtu, 29/06/23)

Munculnya berbagai permasalahan tersebut dikarenakan masuk dan diadopsinya pemikiran-pemikiran selain Islam yang menjauhkan Islam dari sendi-sendi kehidupan dan merusak akidah.

Tanam Sekularisme, Tuai Kriminalisme
Kasus kerusakan remaja tanah air merupakan kasus yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan, bahkan memilukannya berita tersebut datang dari daerah sendiri. Dengan berbagai kasus yang menjerat para remaja ini, membuat hati umat terasa teriris, seakan umat telah kehilangan sebagian besar powernya, karna pada masa terdahulu para pemuda lah yang mampu merubah dunia dan memperjuangkan kejayaan umat.

Salah satunya yang sering kita dengar yaitu kejayaannya Sultan Muhammad Al-fatih dengan segudang prestasinya dimasa muda yang bahkan berhasil menjadi penakluk konstantinopel, bahkan diusia mudanya beliau menjadi ahli perang yang pandai berkuda, serta masih banyak tokoh-tokoh pemuda muslim hebat pada kala itu seperti zaid bin tsabit, Thalhal bin Ubaidilah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, Usamah bin Ziyad, Mushab bin Umair dll, yang menjadi support dan power hebat untuk dakwah rasulullah Saw.

Baca juga :  Pemdes Cipinang Bersama DKM Masjid Jami Al-Ikhlas Sukses Gelar Peringatan Isra Mi'raj 1446 H/ 2025 M Dengan Khidmat

Namun yang terjadi pada hari ini, para pemuda malah asyik disibukan dengan hal-hal yang mubah saja, atau bahkan aktivitas harom yang tidak sesuai dengan syariat. Aktivitas pergaulan yang bebas berbaur laki-laki dengan perempuan, hiburan yang bahkan merusak akidah, foods atau kuliner yang bahkan tidak toyib untuk memenuhi nafsu hedonis semata, bahkan juga fashion yang tidak sesuai syariat dengan mengumbar aurat berharga wanita, yang kemudian mengundang sejumlah kriminal dan kejahatan.

Beberapa kasus tersebut rupanya hanya segelintir kasus kerusakan remaja yang terekspose, bahkan kemungkinan masih banyak kasus serupa yang tidak nampak dipermukaan. Kejadian-kejadian ini sangat berkaitan erat pada lingkungan para remaja dengan sekularismenya, yang mana kebebasan menjadi syarat utama yang harus mereka dapatkan, sehingga mereka terbebas mengakses apapun yang ingin mereka ketahui.

Disinilah peran orang tua atau keluarga sangat dibutuhkan untuk mengontrol dan mengendalikan pemahaman yang seharusnya diserap oleh anak-anak usia akhil baligh.

Pada masa ini, para remaja sedang mengalami fase krisis identitas, mereka cenderung mencari jati diri dan kebenaran dari segala hal, fase ini menjadi amat krusial dan emosional bagi para remaja untuk mengundang konflik dengan orang-orang dilingkungannya.

Sebisa mungkin, orangtua menjadi tameng bagi para remaja untuk menghindari segala kemungkinan konflik yang bisa terjadi.
Tugas mulia orangtua menjauhkan para calon generasi dari faham-faham sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupannya, yang tidak melandaskan islam pada aktivitas sehari-harinya, yang bahkan tidak menghadirkan Allah dalam setiap langkah kehidupannya.

Keluarga selayaknya menjadi pondasi utama untuk membentuk akidah Islamiyah yang kokoh. Sehingga para generasi tidak terlibas kejamnya sistem sekularisme dengan segala kerusaknnya yang akhirnya menggiring para pemuda pada aktivitas-aktivitas liberal yang merusak, yang pasti menjadi bibit-bibit kriminalitas.
Peran Orangtua dan Negara

Menelisik fakta-fakta keluarga masa kini. ketika peran institusi keluarga merapuh, ayah dan ibu tidak satu frekuensi dalam mendidik para remaja, membiarkan mereka mencari jati dirinya diluar bersama rekan yang berlatar belakang serupa, akhirnya menimbulkan kecemasan, kegundahan dan dilampiaskan pada kenakalan-kenakalan demi mendapatkan eksistensi yang mereka cari.

Baca juga :  Kurangnya Pengawasan BPD, Kades Sukalaksana Diduga Sunat Anggaran Dana Desa 2023 dan Bantuan Keuangan Provinsi

Hal tersebut didukung dengan hilangnya fungsi seorang ibu sebagai “ummu wa rabbatul bait” sebagai pengatur rumah tangga yang berperan membentuk watak, karakter serta kepribadian anak. Para ibu disibukkan dengan pekerjaan diluar rumah untuk penghasilan tambahan dan para ayah minim kesadaran untuk memberikan pendidikan dan rangkulan akidah kepada para remajanya dirumah. Yang pada akhirnya mereka tidak puas dan tidak menemukan identitasnya didalam rumah kemudian menggiring para remaja kepada pergaulan yang merugikan.

Islam memuliakan perempuan dengan memberikan tugas mulia menjadi seorang ibu dan pengatur rumah tangga, tugas ini amat sangat sesuai dengan fitrah seorang wanita, dimana perannya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan generasi penerus.

Tugas ini sangat berpengaruh kepada kuat atau tidaknya sebuah Negara, karena dari ibu yang tugasnya terelaisasikan dengan sempurna, maka akan terlahir output para generasi yang berkarakter dan berakhlak serta berkepribadian baik. Maka dari itu negara semestinya memperhatikan dan mengembalikan tugas para ibu sesuai dengan fungsinya.

Negara juga amat berperan penting dalam mencegah kasus kenakalan remaja. Mengikut sistem pendidikan hari ini yang dianut oleh Negara merujuk pada pendidikan sekuler libelaris, dengan menjauhkan agama dari setiap bidang pendidikan.

Hal tersebut memblock para remaja untuk menemukan identitas dirinya dengan kegiatan beragama dan berislam, sehingga mereka kian terjebak dalam sistem dan kenakalan-kenakalan serupa yang terus berulang. Permasalahan ini dipastikan bersumber dari sekularisme yang diterapkan di segala lini kehidupan.

Solusi Islam Berantas Maksiat
Allah Swt berfirman :
وَاِذَا قِيۡلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡا اِلٰى مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ وَاِلَى الرَّسُوۡلِ رَاَيۡتَ الۡمُنٰفِقِيۡنَ يَصُدُّوۡنَ عَنۡكَ صُدُوۡدًا ‌
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” (niscaya) engkau (Muhammad) melihat orang munafik menghalangi dengan keras darimu”. (An-Nissa[4]:61)

Allah Swt memerintahkan agar umat muslim patuh dan tunduk hanya kepada Allah dan rasul-Nya, yang artinya untuk menyelesaikan segala perkara kehidupan hanyalah Islam sebagai problem solver terbaik. Termasuk dalam menyelesaikan permasalahan dikalangan remaja ini.

Ketika ditelisik mendetail sudah jelas akar dari permasalahannya ialah praktik sekularisme, yang mana kebaikan dan keburukan senantiasa disandarkan pada akal manusia yang amat terbatas dan rentan akan kesalahan.

Baca juga :  Sekda Purwakarta Norman Nugraha Bersama Kadisdik Membuka SUKMA 5.0 Sekolah Keterampilan Masyarakat

Maka dari itu akar permasalahan ini sudah semestinya diberantas dengan diterapkannya sistem Islam secara menyeluruh disetiap lini kehidupan. Karna Islam lah satu-satunya aturan yang sesuai dengan firtah manusia dan menentramkan jiwa.

Negara berperan abai dalam kasus ini dikarenakan mengadopsi kurikulum sekuler yang memisahkan agama dari sendi-sendi pendidikan, sehingga banyak terlahir generasi yang cerdas namun krisis akan akidah dan identitasnya sebagai muslim. Disamping itu, segala aspek kehidupan, keluarga, hukum, pemerintahan, muamalah dll wajib berkiblat kepada Islam.

Termasuk pula pendidikan yang semestinya menerapkan kurikulum dengan muatan pelajaran Islam yang lebih dominan dalam setiap mata pelajaran yang dapat diterima oleh para peserta didik, dengan tujuan untuk membentuk karakter peserta didik berkepribadian Islami, dan berakidah Islam kokoh.

Efeknya Islam akan termutajasad dalam diri para remaja, mereka akan cerdas memilah milih Paham baik dan buruk, halal dan haram, boleh dan tidak boleh semata karena menjalankan perintah atas ketaqwaan kepada Allah, sehingga dengan penuh kesadaran akan menjauhi segala kemaksiatan dan kerusakan yang dilarang Allah.

Disamping itu juga akan terminimalisir perbuatan-perbuatan kemungkaran yang dilakulan para remaja, karena mereka memahami konsep penghisaban atas segala amal perbuatan, hukum Islam yang jelas dan tegas juga memberikan sumbangsih efek jera bagi para pelaku kriminalitas.

Dengan segala hukum dan peraturan Islam yang sudah jelas dan terbukti, negara akan mampu mewujudkan kehidupan yang tentram, serta menyelamatkan generasi penerus dari segala kerusakan.
Wallahu’lam bii showab.

Editor : Sep
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *